Penumpang KM Mutiara Sentosa I kecewa. Setelah kapal terombang-ambing di
Laut Jawa, manajemen tak menyediakan transportasi untuk mengantar
penumpang ke tujuan.
"Kami jelas kecewa, karena kami (penumpang, red) jelas dirugikan. Selain rugi secara materi, juga rugi waktu, dan tenaga," kata Ikmal, penumpang KM Mutiara Sentosa I, saat berada di ruang tunggu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 4 Februari 2017.
Ikmal dan ratusan penumpang menggunakan KM Mutiara Sentosa I yang berlayar dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Namun di tengah perjalanan, tepatnya pada Jumat dini hari 3 Februari 2017, kapal mogok karena kehabisan bahan bakar. Kapal pun terombang-ambing di Laut Jawa.
Ikmal menyesalkan tindakan manajemen kapal atas kejadian tersebut. Selain bahan bakar, persediaan makan dan minum pun habis selama kapal terombang-ambing.
"Padahal kami membayar tiket Rp370 ribu untuk perjalanan dari Balikpapan, Kalimantan Timur, menuju Surabaya. Ini jelas kelalaian manajemen kapal," kata Ikmal.
Mahasiswa asal Balikpapan itu mengaku hendak ke Jakarta bersama 80 rombongan mahasiswa dari berbagai kampus di Kalimantan Timur. Mereka hendak mengikuti acara Jambore Mahasiswa di Cibubur yang berlangsung mulai hari ini.
Dia berangkat dengan kapal itu pada 1 Februari pukul 07.00 WIB. Kapal dijadwalkan tiba di Surabaya pada Jumat 3 Februari 2017 pukul 06.00 WIB.
"Setelah tiba di Surabaya kami baru berangkat lagi ke Cibubur. Ini kami sudah terlambat, acara dimulai hari ini. Tiket kreta juga hangus, karena kapal tidak bisa melanjutkan perjalanan. Maka itu kami meminta pihak manajeman kapal mengakomodasi, memfasilitasi transportasi untuk bisa sampai ke lokasi acara," pintanya.
Ikmal mengatakan dua dari 180 penumpang masih berusia balita. Namun kondisi mereka sehat. Hanya saja orang tua balita yang ketakutan.
"Kami sempat khawatir karena tidak ada kejelasan. Tingginya ombak juga dirasakan oleh para penumpang, karena posisi Kapal berhenti dan berjangkar. Kepanikan kami hanya karena tidak ada kepastian kapan kami bisa menepi atau mendarat," katanya.
Senada juga disampaikan teman Ikmal, Tino Haidel. Ia mendesak pihak menajeman bertanggungjawab terhadap pernumpang.
"Pihak manajeman sudah berjanji akan membatu memfasilitasi penumpang, sampai saat ini kami masih menunggu kepastian dari pihak manajeman kapal," tandasnya.
"Kami jelas kecewa, karena kami (penumpang, red) jelas dirugikan. Selain rugi secara materi, juga rugi waktu, dan tenaga," kata Ikmal, penumpang KM Mutiara Sentosa I, saat berada di ruang tunggu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 4 Februari 2017.
Ikmal dan ratusan penumpang menggunakan KM Mutiara Sentosa I yang berlayar dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Namun di tengah perjalanan, tepatnya pada Jumat dini hari 3 Februari 2017, kapal mogok karena kehabisan bahan bakar. Kapal pun terombang-ambing di Laut Jawa.
Ikmal menyesalkan tindakan manajemen kapal atas kejadian tersebut. Selain bahan bakar, persediaan makan dan minum pun habis selama kapal terombang-ambing.
"Padahal kami membayar tiket Rp370 ribu untuk perjalanan dari Balikpapan, Kalimantan Timur, menuju Surabaya. Ini jelas kelalaian manajemen kapal," kata Ikmal.
Mahasiswa asal Balikpapan itu mengaku hendak ke Jakarta bersama 80 rombongan mahasiswa dari berbagai kampus di Kalimantan Timur. Mereka hendak mengikuti acara Jambore Mahasiswa di Cibubur yang berlangsung mulai hari ini.
Dia berangkat dengan kapal itu pada 1 Februari pukul 07.00 WIB. Kapal dijadwalkan tiba di Surabaya pada Jumat 3 Februari 2017 pukul 06.00 WIB.
"Setelah tiba di Surabaya kami baru berangkat lagi ke Cibubur. Ini kami sudah terlambat, acara dimulai hari ini. Tiket kreta juga hangus, karena kapal tidak bisa melanjutkan perjalanan. Maka itu kami meminta pihak manajeman kapal mengakomodasi, memfasilitasi transportasi untuk bisa sampai ke lokasi acara," pintanya.
Ikmal mengatakan dua dari 180 penumpang masih berusia balita. Namun kondisi mereka sehat. Hanya saja orang tua balita yang ketakutan.
"Kami sempat khawatir karena tidak ada kejelasan. Tingginya ombak juga dirasakan oleh para penumpang, karena posisi Kapal berhenti dan berjangkar. Kepanikan kami hanya karena tidak ada kepastian kapan kami bisa menepi atau mendarat," katanya.
Senada juga disampaikan teman Ikmal, Tino Haidel. Ia mendesak pihak menajeman bertanggungjawab terhadap pernumpang.
"Pihak manajeman sudah berjanji akan membatu memfasilitasi penumpang, sampai saat ini kami masih menunggu kepastian dari pihak manajeman kapal," tandasnya.
0 comments:
Posting Komentar