Beberapa bank syariah pada tahun ini bakal memperkuat permodalan untuk bekal ekspansi maupun untuk naik kelas. Permodalan diperkuat antara lain melalui suntikan pemegang saham serta pencarian dana dari pasar modal.
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) misalnya. Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rohan Hafas mengatakan pihaknya akan menyuntikkan dana lagi ke anak usahanya tersebut tahun ini.
Suntikan dana tersebut untuk menjaga agar permodalan BSM tetap berada pada posisi yang aman untuk mendukung ekspansi perusahaan. Pada tahun ini, BSM diharapkan membukukan pertumbuhan pembiayaan sebesar 9% hingga 10% secara tahunan.
Per kuartal III/2016, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BSM berada di angka 13,50% atau naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,84%. Setelah penambahan modal pada akhir tahun lalu, rasio kecukupan modal BSM akan berada pada kisaran 14,5%, dengan modal disetor Rp2,49 triliun dan modal inti Rp6,09 triliun.
Adapun, jumlah saham Bank Mandiri di BSM sebanyak 397,81 juta lembar saham.
Terkait dengan kinerja sepanjang 2016, Direktur Utama BSM Agus Sudiarto menyatakan, kondisi perseroan dari sisi volume, kualitas dan profitabilitas semakin baik. Lebih lanjut, dia mengatakan BSM pada tahun ini mematok pertumbuhan konservatif, dengan pertimbangan makroekonomi dan demi menjaga kualitas.
Hingga September 2016, BSM telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp53,2 triliun atau tumbuh 5,2% dari periode yang sama tahun lalu. Total penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp66,0 triliun, meningkat 10% secara tahunan. Adapun, laba bersih kuartal III/2016 tercatat senilai Rp246 miliar atau naik 65,5% secara tahunan.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Rico Rizal Budidarmo mengatakan, perseroan berkomitmen memperkuat anak usahanya. Salah satu anak usaha BNI yang besar adalah BNI Syariah.
Untuk BNI Syariah, Rico menyebut penguatan permodalan dapat melalui dua opsi, yaitu penerbitan sukuk subordinasi maupun melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Adapun, pada tahun ini BBNI mengalokasikan dana Rp4 triliun untuk pengembangan anak usaha. Dari jumlah tersebut, senilai Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun digunakan untuk investasi anak usaha.
Per kuartal III/2016, rasio kecukupan modal BNI Syariah sebesar 15,82%. Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono menuturkan, perseroan membidik pertumbuhan pembiayaan sebesar 17% pada tahun ini.
“Pada 2017 pendorongnya adalah pembiayaan ke sektor infrastruktur yang dikerjakan pemerintah. Proyek-proyek pemerintah ini memberikan keyakinan baru bagi kami,” kata Imam.
Akhir tahun lalu, pemegang saham PT Bank Syariah Bukopin (BSB) menyetujui penambahan modal senilai Rp100 miliar. Penambahan tersebut adalah untuk mendukung rencana pengembangan usaha dengan membiayai kegiatan usaha dan investasi.
Riyanto, Direktur Utama BSB mengatakan, pemegang saham perseroan juga telah sepakat untuk menambah modal setiap tahun hingga mencapai batal minimal masuk BUKU II pada 2018. Per November 2016, modal inti BSB ada di kisaran Rp750 miliar.
Selain suntikan internal, BSB juga mengincar tambahan modal sekitar Rp3 triliun yang berasal dari beberapa investor asing. Riyanto menuturkan, proses penjajakan telah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu.
Diperkirakan negosiasi tersebut bakal rampung tahun ini. Namun, belum disebutkan asal negara calon investor tersebut.
“Sedang jajaki investor dari luar. Sebetulnya sejak pertengahan tahun ini , cuma masih belum selesai. Kami incar sekitar Rp2 triliun sampai Rp3 triliun lah,” ujarnya.
0 comments:
Posting Komentar