Program Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menggenjot pembangunan satu juta rumah diperkirakan menelan biaya Rp10,2 triliun Anggaran pembiayaan perumahan ini terdiri untuk KPR FLPP dan subsidi selisih bunga. Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Maurin Sitorus mengatakan, program pemerintah tersebut telah masuk dalam APBN 2016.
Program Sejuta Rumah Jokowi, ini membawa angin segar untuk masarakat berpenghasilan rendah. karena melalui hal ini pemerintah menyediakan rumah subsidi dengan harga dan cicilan yang sangat terjangkau. Tidak hanya itu, KPR FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) juga akan diberikan bagi MBR, baik berpenghasilan tetap maupun tidak tetap.
Pemerintahan Jokowi - JK segera menjalankan program sejuta rumah untuk rakyat Indonesia. Penyaluran KPR BTN Makin Cepat PT Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan adanya percepatan pertumbuhan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hingga Mei tahun 2015. Hal ini disokong adanya program 1 juta rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Terlihat dari tingkat pertumbuhan tahunan dari Mei 2014 ke Mei 2015 yang mencapai 18,17% dari Rp 104,4 triliun menjadi Rp 123,3triliun. Bandingkan dengan pertumbuhan kredit pada Juni 2013 ke Juni 2014 yang hanya 16,61% dari Rp 91,4 triliun menjadi 106,58 triliun.
"Kalau kita lihat memang terjadi percepatan penyaluran kredit. Semester I tahun lalu kita tumbuh hanya 16,61%.
Sementara tahun ini, dari Mei 2014 ke Mei 2015 pertumbuhannya sudah 18% lebih. Melihat posisi itu, kami optismistis untuk semeter I tahun ini pun lebih tinggi juga," ujar Direktur Utama BTN Maryono.
Ia mengatakan, percepatan pertumbuhan ini disumbang oleh adanya program satu juta rumah yang digagas pemerintah sejak awal tahun ini.
"Program 1 juta rumah ini cukup meningkatkan demand (permintaan) rumah terutama di kelas MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rumah). Jadi perlambatan ekonomi ini hampir nggak memberi pengaruh ke pembiayaan perumahan MBR," ujar dia.
Meski demikian, lanjut Maryono, hingga akhir tahun dampak perlambatan ekonomi tampak masih akan menghantui perekonomian tanah air. Sebagai antisipasinya, perusahaan berencana memangkas target penyaluran kredit di 2015 sebesar 1%.
Pemangkasan target ini lebih rendang dibandingkan rata-rata industri perbankan yang mencapai 2%.
"Sampai akhir tahun kami target 18-19%.
Tapi kita ada rencana revisi karena melihat kondisi ekonomi. Revisi sekitar 1%. Jadi tahun ini hanya 17-18%. Tapi karena kinerja semester I lumayan bagus jadi kita bisa tahan hanya 1% pemangkasannya. Kalau bank lain bisa sampai 2%," pungkasnya.
0 comments:
Posting Komentar